Tarian adat adalah salah satu kekayaan budaya yang disampaikan secara
turun-temurun dari nenek moyang. Tarian adat kerap memiliki pesan-pesan
dan makna yang luhur. Salah satunya ada pada tari Lego-lego dari
Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini ditujukan untuk
mengajak masyarakatnya bersatu membangun kampung dan negeri.
“Tari lego-lego biasa digunakan dalam segala kegiatan upacara adat di
Alor. Namun, sekarang lebih banyak digunakan saat menyambut tamu, dalam
acara pernikahan, dan sebagainya.
Pada Saat Penjemputan Tamu akan disambut oleh masyarakat yang dituakan dengan salam tempel
hidung, lalu diajak menuju sebuah pohon besar yang rindang, dengan
beberapa warga perempuan yang berpegangan tangan mengelilingi pohon
serta mazbah (awam dibaca mezbah) yang ada di bawah pohon tersebut. Tamu
dipersilakan untuk ikut serta dalam tarian tersebut. Dengan gerakan
kaki yang dikoreografikan, penari akan bergerak mengitari pohon. Sambil
sirih pinang dan sopi ditawarkan. Gerakan kaki dan nyanyian di
masing-masing daerah bisa saja berbeda, namun bentuk formasi lingkaran
dan komponen tradisional lainnya tetap sama.
Di dalam lingkaran, ada tiga lelaki yang memiliki tugas berbeda. Ada
pemukul gong yang nadanya akan digunakan untuk menghitung langkah
penari, kemudian ada seorang lelaki yang bernyanyi sekaligus mengucapkan
pantun, dan seorang lagi bertugas membagikan sirih pinang serta minuman
sopi.
Sirih pinang dan sopi yang dibagikan berasal dari satu tempat yang
sama. Hal ini pun punya makna.
“Tarian dilakukan dengan bergandengan
tangan. Sirih pinang yang ditempatkan dalam satu wadah akan diedarkan.
Minuman juga berasal dari satu gelas yang sama. Ini punya arti, semua
bersama-sama bergandengan tangan membangun kampung dan negeri. Bila ada
masalah, apa pun yang terjadi, kita semua telah bersatu, tidak akan
tercerai-berai,”
Para perempuan dan lelaki setempat yang terlibat dalam tarian ini
mengenakan kain tradisional. Bernyanyi dan berpantun dilakukan oleh
orang-orang yang sudah terbiasa. Jadi biasanya dilakukan oleh orang
tua-tua. Menurut Green, saat ini anak-anak setempat sudah terbiasa
melihat tarian ini, dan kadang sering dilombakan pula di tingkat
usia-usia tertentu. Selain menjadi identitas masing-masing suku, tarian
ini menjadi salah satu identitas pemersatu masyarakat Alor yang punya
mimpi agar masyarakat dan pendatang terus bersatu membangun kampung,
serta negeri.
0 komentar:
Posting Komentar