Pasar Bajawa masih belum ramai tetapi beberapa angkutan kota berwarna
biru sudah menunggu penumpang di pagi hari. Di atasnya sudah naik
seorang kernet mengatur tumpukan karung dan beberapa kardus berisi
buah-buahan segar.
Pergi ke Belaraghi, sebuah dusun tradisional yang masih
mempertahankan hampir seluruh aspek tradisi masyarakat Ngada, sebaiknya
dilakukan pagi hari karena selain dusunnya yang menjadi tujuan utama
juga semua keaslian dan perkembangan masyarakat yang dilalui di
sepanjang jalan menuju Aimere begitu menarik.
Ngada terkenal karena jeratan daya tarik masyarakatnya yang memilih
untuk mempertahankan gaya hidup yang tradisional. Sebenarnya kita tak
pernah tahu kemampuan mereka untuk dapat memiliki berbagai hal seperti
masyarakat kontemporer lainnya. Akan tetapi, secara jelas mereka nampak
cukup bahagia dengan apa yang mereka punya.
Di titik puncak keaslian dan jauh dari popularitas yang disandang
desa tradisional lainnya, Belaraghi seperti museum kehidupan masyarakat
Ngada. Kehidupannya terpisah dari keramaian dengan bentang alam yang
menjadi benteng alam sekaligus jembatan yang tak mudah dilalui.
Dalam satu aspek kepentingan, keterpencilan ini menjadi sebuah
keuntungan karena dengannya keaslian dan otentisitas dusun ini akan
lebih lama terjamin dan tidak akan berubah modern terlalu cepat. Di sisi
lain, bentang alam yang tak mudah ini masih memerlukan pengembangan
infrastruktur dan fasilitas yang bertanggung jawab.
Trekking adalah pembuka petualangan mengunjungi Belaraghi. Anda dapat
memilih satu dari dua altenatif trek yang tersedia. Bila ingin
menaklukan keperkasaan alam Flores maka jalur 11 km bisa menjadi sebuah
penghormatan sepanjang umur. Apabila waktu menjadi variabel yang agak
mahal maka jalur 2 atau 3 km pun adalah perjuangan yang akan terbayar
setimpal.
Bagi warga Belaraghi, berjumpa tamu yang mengunjungi dusun mereka
bagaikan cinta pada pandangan pertama. Mereka akan menyambut dengan suka
cita dan menuangkan segala kerinduan pada tamu yang mereka
nanti-nantikan dengan menyediakan suguhan-suguhan kehormatan.
Di rumah tamu, rebus ubi, pisang, dan talas disuguhkan dengan kopi
atau arak. Sambal cabe rawit Flores tak lupa disertakan dalam piring
sederhana. Tak lama, makan siang yang merupakan bagian dari tradisi ti'i
ka ebunusi, yaitu “menyajikan masakan untuk leluhur”, dipersembahkan
dengan mengorbankan seekor babi hutan yang banyak dipelihara masyarakat
Flores.
Arti pengunjung bagi warga Belaraghi ialah tamu, bukan wisatawan.
Maka dari itu, sikap penghormatan tak setengah hati dan dilakukan di
rumah tamu, sao one, salah satu rumah paling sakral karena tamu
dikenalkan kepada para leluhur.
Warga Belaraghi memiliki komitmen mempertahankan bentuk rumah
tradisional mereka, bukan semata-mata untuk wisatawan tetapi memang tak
ada keinginan merubah tradisi atap rumbia dan ijuk menjadi seng dan
antena parabolanya serta listrik yang berseliweran di ubun-ubun rumah
tradisional mereka yang sakral.
Enam belas rumah tradisional yang mereka pertahankan tersusun dalam
dua jajar saling berhadapan. Uniknya, di Belaraghi, pelataran di depan
rumah lebih tinggi dari fondasi rumah beratap daun rumbia. Lima rumah di
antaranya berjuluk sao pu'u, atau rumah asal yang memiliki ornamen
rumah kecil di ujung atapnya. Lima rumah lainnya ialah sao lobo atau
rumah terakhir yang memiliki ornamen tubuh manusia di atapnya. Sisanya
dijuluki sao kaka, dimana kata “kaka” artinya berbagi. Sao kaka
diperlakukan sebagai anak dari rumah asal dan rumah terakhir.
Di Belaraghi terdapat lima klan atau keluarga dengan masing-masing
ngadhu dan bhaga. Ngadhu ialah payung seolah laki-laki dengan perannya
melindungi dan memberikan keteduhan, menjadi simbol leluhur laki-laki.
Saat dipahat dari batang pohon di hutan dan dibawa ke desa, para
perempuan seluruhnya harus masuk rumah karena roh leluhur laki-laki
tengah datang menuju batang ngadhu.
Bhaga ialah simbol leluhur perempuan dengan bentuk payung yang lebih
kecil. Walau demikian, para warga laki-laki sajalah yang akan meletakkan
payung bhaga di tempat sakral di tepi ngadhu. Seperti halnya seluruh
masyarakat di Flores, formasi batuan yang ditumpuk seolah merajut kuat
tradisi megalitik, adalah perlambang jalur komunikasi antara manusia
dengan roh leluhur.
Selain ngadhu dan bhaga, altar meja besar yang disebut lenggi, biasa
disimpan di setiap desa tradisional yang fungsinya menyelesaikan
permasalahan antara klan dalam dusun.
Bermalamlah bila waktu Anda sedikit leluasa saat di Ngada. Warga
Belaraghi akan sangat senang menerima Anda. Dari Bajawa, mulailah
perjalanan dari desa Beiposo dekat Bajawa. Jalur yang ditempuh sepanjang
11 km dengan arah yang hanya dikuasai oleh pemandu lokal. Bila ingin
melalui jalur pendek, tujulah desa tepi pantai selatan, Aimere, dan
masuk ke arah utara melalui jalan yang dipenuhi desa berhias rumah
tradisional. Paukate adalah desa terdekat Belaraghi dengan dipisahkan
jarak sekitar 3 km namun melalui bukit yang menampakkan lautan selatan
yang luas.
sumber: www.indonesia.travel
0 komentar:
Posting Komentar