Kemah Tabor terletak tepat di tepi jalan yang
menghubungkan Ende dan Bajawa yaitu terletak di daerah mataloko kecamatan Golewa sehingga seharusnya dilewati baik jika
kita naik kendaraan umum atau mobil travel. Apalagi seharusnya bangunan
ini mudah dikenali karena megah dan bertingkat. Bangunan ini berdiri
kontras di antara sawah-sawah dan padang kering di sekelilingnya dan
sudah mulai tampak dari jarak yang masih agak jauh Kemah Tabor didirikan
tahun 1932.
Awal pendiriannya adalah sebagai rumah tinggal para misionaris SVD di Mataloko. Tepat dihadapannya berdiri : Seminari St. Yohanes Berkhmans - Todabelu yang selesai dibangun tahun 1929. Namun pada tahun 1937 seminari tersebut dipindah ke Ledalero dekat Maumere dengan diresmikannya Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.
Bangunan megah ini kerap dikenal dengan nama "Rumah Tinggi", karena pada jaman dulu merupakan satu-satunya bangunan berlantai dua di daerah itu. Saat ini Kemah Tabor difungsikan sebagai tempat retret. Bangunan ini dikelilingi oleh taman yang terawat sangat baik. di jalan masuknya kita akan disambut deretan pohon berbentuk silinder besar berjajar rapi di kiri dan kanan.
Tepat di ujung deretan pohon tersebut kita akan melihat paung dan bangunan Kemah Tabor yang berwarna merah bata yang berbentuk huruf U. Berhubung lokasi nya yang strategis ditambah bangunannya yang unik dan nilai historisnya, maka Kemah Tabor merupakan salah satu spot menarik untuk dikunjungi di Ngada.
Dipilihnya Mataloko untuk mendirikan rumah retret ini, karena Mataloko adalah sebuah tempat di lereng pegunungan yang berhawa sejuk, dan acapkali berkabut serta memiliki pemandangan yang bagus. Sehingga, lokasi ini dirasa sangat cocok bagi frater-frater yang awalnya didominasi oleh orang Belanda tersebut. Hal inilah yang mungkin juga ada kaitannya dengan penamaan Kemah Tabor untuk rumah retret ini. Gunung Tabor adalah salah satu tempat yang menurut tradisi diyakini sebagai tempat perubahan rupa Sang Juru Selamat. Dataran rendah yang mengelilingi Gunung Tabor adalah Lembah Yizreel, yang juga dikenal sebagai Dataran Esdraelon, dan Nazaret berada di bukit-bukit di balik Gunung Tabor. Jadi, penamaan Kemah Tabor mengandung harapan dari transfigurasi Kristus di mana cahaya kemuliaan yang memancar dari wajah Yesus itu untuk memberikan pengajaran kepada para muridnya.
Sumber: http://travellermeds.blogspot.com/2013/08/kemah-tabor-mataloko-ngada-flores.html
http://kekunaan.blogspot.co.id/2015/12/rumah-retret-kemah-tabor-mataloko.html
Awal pendiriannya adalah sebagai rumah tinggal para misionaris SVD di Mataloko. Tepat dihadapannya berdiri : Seminari St. Yohanes Berkhmans - Todabelu yang selesai dibangun tahun 1929. Namun pada tahun 1937 seminari tersebut dipindah ke Ledalero dekat Maumere dengan diresmikannya Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.
Bangunan megah ini kerap dikenal dengan nama "Rumah Tinggi", karena pada jaman dulu merupakan satu-satunya bangunan berlantai dua di daerah itu. Saat ini Kemah Tabor difungsikan sebagai tempat retret. Bangunan ini dikelilingi oleh taman yang terawat sangat baik. di jalan masuknya kita akan disambut deretan pohon berbentuk silinder besar berjajar rapi di kiri dan kanan.
Tepat di ujung deretan pohon tersebut kita akan melihat paung dan bangunan Kemah Tabor yang berwarna merah bata yang berbentuk huruf U. Berhubung lokasi nya yang strategis ditambah bangunannya yang unik dan nilai historisnya, maka Kemah Tabor merupakan salah satu spot menarik untuk dikunjungi di Ngada.
Usai
melihat bangunan Seminari Santo Yohanes Berkhmans Todabelu, kami menyeberang
jalan arteri melangkahkan kaki melihat bangunan peninggalan kolonial Belanda
yang tak kalah menariknya. Salah satu hal yang membuat kagum adalah berjajarnya
beberapa topiary pohon cemara hampir
setinggi lantai satu bangunan yang ada. Bangunan tersebut adalah Rumah Retret
Kemah Tabor Mataloko, atau biasa disebut dengan Rumah Retret Mataloko saja.
Rumah
Retret ini terletak di Jalan Trans Flores Bajawa-Ende, Desa Mataloko, Kecamatan
Golewa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi rumah retret ini
berada di depan Seminari Santo Yohanes Berkhmans Todabelu.
Semula
bangunan ini merupakan rumah tinggal para misionaris SVD di Mataloko yang
didirikan pada tahun 1932, atau selang tiga tahun berdirinya bangunan SeminariSanto Yohanes Berkhmans Todabelu yang berada di depannya. Memang, kedua
bangunan tersebut ada keterkaitannya dalam pembangunannya. Seminari berfungsi
untuk bangunan sekolah atau aktivitas belajar mengajar, sedangkan Rumah Retret
digunakan untuk rumah tinggal para frater
yang mengajar di seminari, dan sekaligus sebagai tempat untuk melakukan
pertemuan atau diskusi di kalangan para frater
tersebut.
Rumah
Retret ini adalah milik Kongregasi Serikat Sabda Allah. Dalam bahasa Latin,
Serikat Sabda Allah ini dikenal dengan Societas
Verbi Divini (SVD), yaitu salah satu ordo Gereja Katolik Roma yang
didirikan pada tahun 1875 di Steyl, Belanda oleh Santo Arnoldus Janssen. SVD
ini melakukan pekabaran injil di wilayah Flores, salah satunya adalah di daerah
Kabupaten Ngada ini.
Dipilihnya Mataloko untuk mendirikan rumah retret ini, karena Mataloko adalah sebuah tempat di lereng pegunungan yang berhawa sejuk, dan acapkali berkabut serta memiliki pemandangan yang bagus. Sehingga, lokasi ini dirasa sangat cocok bagi frater-frater yang awalnya didominasi oleh orang Belanda tersebut. Hal inilah yang mungkin juga ada kaitannya dengan penamaan Kemah Tabor untuk rumah retret ini. Gunung Tabor adalah salah satu tempat yang menurut tradisi diyakini sebagai tempat perubahan rupa Sang Juru Selamat. Dataran rendah yang mengelilingi Gunung Tabor adalah Lembah Yizreel, yang juga dikenal sebagai Dataran Esdraelon, dan Nazaret berada di bukit-bukit di balik Gunung Tabor. Jadi, penamaan Kemah Tabor mengandung harapan dari transfigurasi Kristus di mana cahaya kemuliaan yang memancar dari wajah Yesus itu untuk memberikan pengajaran kepada para muridnya.
Bangunan
rumah retret ini dulu pernah menjadi tempat sementara pendidikan calon imam
sebelum dipindahkan ke Ledalero pada tahun 1937. Pada tahun 1943, Jepang
menduduki Seminari Tinggi Ledalero. Karena semua pater-profesor berkebangsaan Belanda diinternir, maka para frater
mahasiswa filsafat dan teologi dipindahkan ke Mataloko. Di ‘Rumah Tinggi’
kuliah dilanjutkan dengan bantuan para imam yang ada. Yang dimaksud dengan
Rumah Tinggi ini adalah bangunan Rumah Retret Mataloko. Bangunan megah ini
kerap dikenal dengan nama ‘Rumah Tinggi’, karena pada zaman dulu merupakan
satu-satunya bangunan berlantai dua di daerah itu.
Setelah
Indonesia merdeka, dan situasi politik sudah stabil, Seminari Tinggi yang
sementara beraktivitas di Mataloko akhirnya dikembalikan lagi ke daerah
Ledalero di Kabupaten Sikka. Kemudian, bangunan yang berada di Mataloko
tersebut difungsikan sebagai Rumah Retret hingga sekarang. Kata Retret diambil
dari bahasa Perancis la retraite yang
berarti pengunduran diri, menyendiri, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari,
meninggalkan dunia ramai. Retret sering juga disebut khalwat, artinya sama saja dengan mengasingkan diri ke tempat
sunyi.
Ditinjau
dari tujuan aslinya, retret merupakan latihan rohani, exercitia spiritualia, atau spiritual
exercise. Dari kata “latihan” muncullah suatu bayangan mengenai suatu
rangkaian usaha atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan teratur guna
mencapai suatu hasil tertentu. Retret, sebagai latihan rohani merupakan
berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan teratur dalam
bidang rohani, seperti berdoa, membuat pemeriksaan batin, mengadakan refleksi,
membuat renungan, atau meditasi, merasuki kontemplasi, bersemedi dan lain-lain,
guna mencapai hasil tertentu dalam hidup rohani.
Kalau
Anda sedang berkunjung ke Kabupaten Ngada, jangan lupa sempatkan mengunjungi
bangunan lantai dua dan berbentuk U ini. Selain menyaksikan keindahan
arsitektur peninggalan kolonial Belanda, Anda juga menghirup udara sejuk dan
pemandangan indah serta asri. *** [240915]
http://kekunaan.blogspot.co.id/2015/12/rumah-retret-kemah-tabor-mataloko.html
0 komentar:
Posting Komentar